Home » Artikel »

Mari Kenali Bahaya Shaken Baby Syndrome Pada Si Kecil!

Mari Kenali Bahaya Shaken Baby Syndrome Pada Si Kecil!

Mari Kenali Bahaya Shaken Baby Syndrome Pada Si Kecil!

Artikel


Siapa, sih, yang tidak gemas dengan Si Kecil? Selain secara fisik Si Kecil terlihat lucu dan menggemaskan, mendengar gelak tawanya pun menyenangkan. Seringkali Si Kecil dijadikan obyek bermain dan bercanda orang-orang di sekelilingnya. Cara bermainnya pun bermacam-macam dari mulai memeluk, menimang, mengayun, hingga melemparkan ke udara dan menangkapnya kembali. Tanpa disadari perlakuan gemas atau cara bermain tersebut bisa berdampak serius atau bahkan berakibat fatal bagi Si Kecil. Ini diakibatkan oleh shaken baby syndrome. Shaken baby syndrome adalah tindakan kekerasan pada Si Kecil baik disengaja maupun tidak yang diakibatkan oleh ayunan atau guncangan hebat. Sindrom ini adalah salah satu penyebab utama kematian dan gangguan saraf pada Si Kecil. Tercatat pada anak berusia kurang dari 1 tahun, akibat dari sindrom ini sebanyak 95% mengalami cedera otak dan 64% mengalami cedera kepala. Hal ini disampaikan dalam jurnal Paediatrics & Child Health. Cara bermain dengan mengayun Si Kecil terlalu keras atau melempar-menangkap Si Kecil bisa menyebabkan shaken baby syndrome karena kepala Si Kecil mengalami sentakan atau perubahan mendadak. Kondisi ini dapat menyebabkan robekan pembuluh darah yang bisa mengakibatkan perdarahan otak. Selain kedua aktivitas di atas, mengguncang tubuh Si Kecil, misalnya karena Bunda kesal waktu Si Kecil rewel, juga bisa menyebabkan sindrom tersebut. Apa saja gejala-gejala shaken baby syndrome? Gejala yang disebabkan sindrom ini sangat beragam dari ringan hingga berat. Gejala ringan yang mungkin muncul antara lain rewel, muntah, atau kehilangan nafsu makan. Gejala ringan biasanya tidak disadari sebagai akibat dari shaken baby syndrome dan membaik seiring waktu. Sedangkan gejala yang berat bisa menyebabkan Si Kecil kejang, terganggu kesadarannya, hingga berakibat fatal yaitu kematian. Lantas, bagaimana caranya mendeteksi atau mendiagnosis terjadinya shaken baby syndrome? Shaken baby syndrome seringkali sulit dideteksi karena gejala yang muncul setelahnya seperti muntah atau kehilangan nafsu makan mirip dengan gejala penyakit infeksi seperti flu. Gejala yang tidak spesifik dan kerusakan otak yang tidak terdeteksi dapat berlangsung lama tanpa diketahui, namun menyebabkan gangguan belajar atau gangguan perilaku di kemudian hari. Gejala-gejala yang muncul dapat menetap selama beberapa hari atau beberapa minggu. Perdarahan otak dapat menyebabkan penurunan kesadaran, kejang, muntah, malas menyusu, dan kontak yang berkurang. Kerusakan otak berat dapat menyebabkan gangguan pernapasan sampai berhentinya napas. Untuk mendiagnosis sindrom ini, biasanya dokter akan melakukan pemeriksaan berupa:

  • Mengecek riwayat kesehatan Si Kecil termasuk waktu munculnya gejala
  • Memeriksa kondisi fisik Si Kecil untuk melihat tanda-tanda cedera dan peningkatan tekanan darah
  • Melakukan pemeriksaan pindai seperti CT scan atau MRI untuk melihat kondisi otak
  • Melakukan rontgen untuk memeriksa apakah ada tulang yang retak atau patah
Dokter juga mungkin akan melakukan serangkaian tes untuk menyingkirkan kemungkinan gejala disebabkan oleh penyakit atau kondisi lain, misalnya dengan melakukan pungsi lumbal (lumbar puncture) untuk memeriksa apakah gejala terjadi karena meningitis. Setelah diagnosis dipastikan, Si Kecil dengan kondisi shaken baby syndrome harus dirawat di rumah sakit. Dalam beberapa kasus kondisi ini harus dirawat di ruang perawatan intensif (ICU). Terapi oksigen mungkin akan dilakukan untuk membantu pernapasan Si Kecil. Dan dokter akan melakukan penanganan untuk pembengkakan otak yang terjadi. Apabila perdarahan otak cukup berat, Si Kecil harus menjalani operasi. Dampak jangka panjang sindrom ini dapat berupa kejang, kebutaan, masalah penglihatan atau pendengaran, cerebral palsy, kemampuan belajar atau masalah perilaku. Shaken baby syndrome dapat dicegah. Membekali diri dan lingkungan terdekat dengan pengetahuan mendalam mengenai pengasuhan dan perawatan Si Kecil dapat meminimalkan risiko Si Kecil terkena dampak sindrom tersebut.

Related Articles